AYOMALANG.COM - Puluhan keluarga korban tragedi Kanjuruhan melakukan aksi di pintu 13 Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang.
Aksi dari para keluarga korban tragedi Kanjuruhan itu dilakukan untuk menolak rencana pembongkaran pintu 13 Stadion Kanjuruhan, Malang.
Para keluarga korban tragedi Kanjuruhan tersebut meminta supaya stadion kandang Arema FC itu tak dibongkar dan dibiarkan sebagai monumen.
Berdasarkan keterangan salah satu keluarga korban tragedi Kanjuruhan, dengan membongkar sama saja menghancurkan kenangan atas para suporter yang tewas.
Adapun, sebanyak 135 orang tewas ketika pecah kerusuhan antara Aremania dengan aparat usai pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya pada, 1 Oktober 2022 lalu.
Stadion Kanjuruhan merupakan saksi bisu atas tragedi memilukan bagi sepak bola Indonesia tersebut.
Banyak keluarga korban yang hingga saat ini belum mendapatkan keadilan atas orang kesayangan mereka yang tewas saat itu.
Beberapa keluarga korban mengatakan bahwa mereka yang meninggal tidak ada niatan membuat kerusuhan atau berbuat kriminal.
Namun, ketika suporter Aremania mulai turun ke lapangan yang di awali dari tribun timur membuat suasana semakin tak terkendali.
Baca Juga: Alasan Aremania Menolak Renovasi Stadion Kanjuruhan Pasca Tragedi, Salah Satunya Mencengangkan
Hal itulah yang membuat pihak kepolisian mengambil tindakan. Tak lama berselang gas air mata keluar yang akhirnya membuat 135 orang meninggal dunia.
Turunnya suporter Arema FC ke lapangan dipicu oleh kekalahan tim berjuluk Singo Edan tersebut dari rival bebuyutan mereka, yakni Persebaya Surabaya.